Kabupaten Bangli merupakan satu-satunya kabupaten Provinsi Bali yang tidak mempunyai wilayah laut. Namun demikian Kabupaten Bangli menyimpan sejumlah potensi seperti keindahan panorama Gunung dan Danau Batur yang terletak di Kecamatan Kintamani.
Bangli adalah kota yang bersih dan rapih serta banyak memiliki sejumlah pura yang menarik antara lain Pura Kahen yang merupakan pura terbaik di timur Bali. Bangli mudah dicapai dengan kendaraan umum karena terletak pada jalan raya antara terminal Batubulan di Denpasar dan obyek wisata Gunung Batur melalui Penelokan.
Di bagian selatan sekitar 6 km dari kota Bangli, di Desa Taman Bali terdapat sebuah air terjun disebut Air terjun Desa Kuning karena letaknya di Desa Dusun Kuning. Air terjun ini berada di ketinggian 25 meter di atas permukaan Sungai Melangit yang mengalir ke arah selatan. Lokasi ini dapat dicapai dengan beragam jenis transportasi dan dari desa kecil ini dapat ditempuh dengan berjalan kaki sejauh 500 meter. Daerah yang dingin dengan udara yang sejuk dikombinasi dengan hijaunya dedaunan meningkatkan pesona air terjun alami. Dan tidak jauh dari tempat ini terdapat hutan yang dihuni oleh ratusan kera.
Gunung Batur, yang pernah mengalami letusan sampai tiga kali yakni pada; 1917, 1926 dan 1994, hingga saat ini masih aktif dengan ketinggian 1.500 meter dari permukaan laut. Untuk mencapainya membutuhkan waktu kurang lebih satu jam perjalanan dari Denpasar . Di kaki gunung terdapat danau batur yang memberikan suasana pemandangan yang menakjubkan. Kegiatan hiking menuju puncak kurang lebih 3 jam untuk menyaksikan Gunung Agung dan Gunung Rinjani.
Bagi wisatawan, kawasan Batur mungkin lebih dikenal dengan sebutan kawasan Kintamani. Kawasan yang sangat sejuk ini terletak di Desa Batur, Kecamatan Kintamani Kabupaten Daerah Tingkat II Bangli. Obyek Wisata Kawasan Batur berada pada ketinggian 900 m di atas permukaan laut dengan suhu udaranya berhawa sejuk pada siang hari dan dingin pada malam hari. Untuk mencapai lokasi ini dari Ibu Kota Bangli jaraknya 23 km. Obyek wisata ini dapat dilalui dengan kendaraan bermotor, karena lokasi ini menghubungkan kota Bangli dan kota Singaraja. Sedangkan rute obyek, menghubungkan Obyek Wisata Kawasan Batur dengan Obyek Wisata Tampaksiring dan Besakih. Sumber-sumber yang menyebutkan tentang Batur adalah Lontar Kesmu Dewa. Lontar Usana Bali dan Lontar Raja Purana Batur. Disebutkan bahwa Pura Batur sudah ada sejak jaman Empu Kuturan yaitu abad X sampai permulaan abad XI. Luasnya areal dan banyaknya pelinggih-pelinggih maka diperkirakan bahwa Pura Batur adalah Penyiwi raja-raja yang berkuasa di Bali, sekaligus merupakan Kahyangan Jagat.
Di Pura Batur yang diistanakan adalah Dewi Danu yang disebutkan dalam Lontar Usana Bali yang terjemahannya sebagai berikut: Adalah cerita, terjadi pada bulan Marga Sari (bulan ke V) waktu Kresna Paksa (Tilem) tersebutlah Betara Pasupati di India sedang memindahkan Puncak Gunung Maha Meru dibagi menjadi dua, dipegang dengan tangan kiri dan kanan lalu dibawa ke Bali digunakan sebagai sthana Putra beliau yaitu Betara Putrajaya (Hyang Maha Dewa) dan puncak gunung yang dibawa tangan kiri menjadi Gunung Batur sebagai sthana Betari Danuh, keduanya itulah sebagai ulunya Pulau Bali.
Kedua Gunung ini merupakan lambang unsur Purusa dan Pradana dari Sang Hyang Widhi. Pura Batur merupakan tempat Pemujaan Umat Hindu di seluruh Bali khususnya Bali Tengah, Utara dan Timur memohon keselamatan di bidang persawahan. Sehingga pada saat puja wali yang jatuh pada Purnamaning ke X (kedasa) seluruh umat terutama pada semua kelian subak, sedahan-sedahan datang ke Pura Batur menghaturkan Suwinih. Demikian kalau terjadi bencana hama.
Nama obyek wisata kawasan Batur disesuaikan dengan potensi yang ada yaitu Gunung Batur dan Danau Batur. Nama Pura Batur berasal dari nama Gunung Batur yang merupakan salah satu Pura Sad Kahyangan di emong oleh Warga Desa Batur. Sebelum meletusnya Gunung Batur pada tahun 1917, Pura Batur berada di kaki sebelah Barat Daya Gunung Batur. Akibat kerusakan yang ditimbulkan oleh letusan Gunung Batur ini, maka Pura bersama warga desa Batur dipindahkan di tempat sekarang. Sisa-sisa lahar yang membeku berwarna hitam, Gunung Batur tegak menjulang, Danau Batur teduh membiru, merupakan suatu daya tarik bagi setiap pengunjung. Dari Penelokan dapat memandang birunya Danau Batur dan buih-buih ombak yang menepi menemani sopir boat saat melayani wisatawan dan penumpang umum dalam setiap penyeberangan dari Desa Kedisan ke Desa Trunyan. Para nelayan juga mewarnai kesibukan di Danau Batur mengail ikan mujair yang hasil tangkapannya di jual di pasar Kota Bangli, sehingga di Bangli dikenal dengan sate mujairnya yang merupakan makanan ciri khas Kabupaten Bangli.
Pada umumnya wisatawan yang mengunjungi Gunung Batur berkumpul di Penelokan yang berada di pinggir Kawah Gunung Batur. Dari Penelokan wisatawan dapat menikmati panorama puncak Gunung Batur dan Danau Batur yang berada di bawahnya.
Untuk sampai ke tepi danau, dari Penelokan wisatawan harus menuruni bukit dengan jalan yang terjal, berbatu dan berpasir hingga sampai ke desa Kedisan yang berada di tepi danau. Pemandangan di Penelokan ini sangat mengesankan dan wisatawan dapat menikmati panoroma alam sambil makan siang di beberapa restoran yang terdapat di sini. Selain Penelokan masih banyak tempat lain yang dapat Anda singgahi di kawasan obyek wisata Gunung Batur antara lain; Kedisan, Desa Batur, Penulisan, Buahan, Trunyan, Kuban, Toya Bungkah dan Songan.
Toyabungkah termasuk wilayah Desa Batur, terletak di kaki Gunung Batur atau di pinggir Barat Danau Batur yang jaraknya kurang lebih 6 km dari Desa Kediaman. Merupakan sumber mata air panas alam yang sehari-harinya dimanfaatkan untuk merendam badan karena dianggap dapat menyembuhkan penyakit khususnya penyakit kulit. Desa terbesar yang terletak di pinggir danau Batur ini menjadi titik awal bagi wisatawan yang akan mendaki ke puncak Gunung Batur. Pendakian biasanya dilakukan pada pagi buta agar dapat sampai di puncak pada saat udara masih cerah sehingga pemandangan menjadi jelas.
Jika wisatawan ingin berendam di pemandian yang agak tertutup maka dapat pergi ke Tirta Sanjiwani Hot Springs Complex. Berendam di pemandian ini sangat menyenangkan dan sekaligus dapat menghilangkan pegal-pegal badan khususnya bagi mereka yang baru pulang mendaki ke puncak Gunung Batur.
Dari ketinggian Penelokan wisatawan dapat melihat dari kejauhan di ujung Danau Batur, di bawah bukit terjal, sebuah desa yang dinamakan desa
Trunyan yang dihuni oleh masyarakat Bali Aga yang merupakan penduduk asli Bali sebelum kedatangan orang-orang Majapahit. Di dekat Trunyan, di Kuban, terdapat komplek pemakaman orang Bali Aga yang hanya dapat dicapai dengan perahu motor. Masyarakat Trunyan tidak membakar atau menguburkan mayat anggota masyarakat yang meninggal, tetapi hanya diletakkan di dalam sebuah kurungan bambu, mayat itu akan hancur dengan sendirinya, namun anehnya tidak menyebarkan bau busuk.Di wilayah Bangli ini juga dikenal dengan desa wisata Panglipuran yang letaknya di atas ketinggian 700 meter dari permukaan laut. Berasal dari kata penglipuran yang berarti relaksasi karena sejak zaman kerajaan sudah menjadi tempat peristirahatan.